Jika
kita beruntung,satu khayalan saja bisa berubah menjadi jutaan kenyataan.
Saat merenungkan
tibanya masa liburan, yang
kuingat adalah kehangatan dan keindahan Lebaran masa kecil, dan terasa sebuah senyuman
tersungging di wajahku. Lebaran
memang saat yang perlu dikenang. Saat aku semakin dewasa, kenangan lebaran menjadi semakin pudar
dan menjadi saat yang menyedihkan dan menyesakkan bagiku... sampai tahun yang
lalu. Saat itulah aku menyadari bagaiman cara menangkap keindahan dan
keringanan masa kecil yang kurasakan ketika aku masih kecil.
Setiap tahun aku
selalu kelimpungan, bingung
soal sesuatu yang baru apa
yang harus kubelikan untuk ibuku.
Jilbab, mukena, busana muslim atau sandal? semuanya memang kado yang bagus, tetapi tidak bisa mengungkapkan
ucapan “Aku cinta Mama” sebagaimana mestinya. Aku ingin kado yang lain, sesuatu yang pasti akan disukainya
seumur hidup.sesuatu yang bisa mengembalikan senyum manisnya dan membuatnya
berjalan lebih semangat. Ibuku hidup sendirian, dan meskipun aku ingin sekali
bisa sering menemaninya, tetapi hanya bisa datang sesekali saja mengingat
kesibukan ku. Jadi, aku memutuskan untuk menjadi malaikat rahasia rahasia baginya. Tapi pernah kusangka ini cara yang
paling jitu.
Aku keluar dan
membeli segala macam kado kado kecil, lalu beranjak kedaerah lebih mahal di
pertokoan itu. Kuambil pernak pernik yang biasa biasa saja, barang yang kutahu
hanya akan disukai oleh ibuku. Kubawa pulang semua belanjaan itu dan kubungkus
setiap kado itu dengan bungkusan yang berlainan.lalu aku duduk di depan
komputer dan membuat kartu untuk semua kado itu. Lalu, kumulai petualanganu.
Hari pertama ku mengasyikan,
dan kado itu antarkan dan kuletakkan di pintu. Kemudian, aku bergegas pulang
dan menelponnya, pura-pura menanyakkan kesehatannya. Ibu sedang berbunga-bunga.
Ada orang yang memberinya kado dan menandatanganinya “Dari Malaikat Rahasia.”
Keesokkan
harinya, skenario
yang sama kumain kan lagi. Setelah
atau lima hari, aku
berkunjung kerumahnya, dan aku terharu. Ibu memajang semua kadi itu didapurnya
dan memamerkannya kepada setiap orang dikompleks apartemennya. Semua kertas pembungkusannya
dihamparkan dan masing-masing menunjukkan kartu yang masih menempel. Ibu tak
pernah berhenti menceritakan pengagum misterius ini sepanjang kunjungan ku.
Matanya berbinar ceria
dan suaranya berirama merdu.Ibu serasa di awang-awang. Setiap hari ibu
menelponku, mengabarkan
kado baru yang ditemukannya ketika bangun pagi. Lalu, dia memutuskan untuk menangkap basah
orang yang mengirimkan kado itu dan tidur disofa dengan pintu agak terbuka.
Jadi, kuantar
kado agak siang hari, dan ibu menjadi
khawatir bahwa kadonya tidak akan datang lagi. Dia membuatku sama bersemangatnya
dengan dirinya. Pada hari terakhir, catatan
kado memintanya
untuk berpakaian rapi pada hari sabtu itu, lalu kerestoran untuk makan malam.
Disanalah dia akan bertemu dengan malaikat
rahasianya. Ibu menjadi gembira sekali. Catatan itu juga memintanya untuk
mengajak putrinya susan (ya aku ini). Dikatakan bahwa ibu akan mengetahui siapa
Malaikat Rahasianya dari pita
merah yang
akan dikenakannya. Jadi aku menjemput ibu dan kami berangkat.
Ketika kami
tiba, pelayan
mengantar kami kemeja, dan ibu melihat kesekeliling restoran. Senyumnya hilang
dan bertanya kapan bisa bertemu Malaikat
Rahasianya.
Perlahan-lahan kubuka jaketku, dan tampak pria merah itu. Ibu
meneteskan air mata dam meributkan bahwa pasti aku mengeluarkan banyak uang dan
bagimana aku hrus repot-repot melakukannya. Belum pernah kulihat ibu sebahagia
itu.
Setelah semuanya usai, kuingat betapa bahagianya hatiku, dan secepat itu pula aku ingat
sesuatu yang penting. Semasa
aku kecil, ibukulah
yang mengajariku bahwa memberi itu lebih baik dari pada menerima. Aku seakan-akan
di tampar keras-keras. Selama bertahun-bertahun, saat aku merasa sedih menyambut masa
liburan, kemungkinan
besar itu karena aku terlalu mencurahkan perhatian pada “menerima” bukan
“memberi”. Aku merasa menjadi begitu kecil saat mengingat hal itu, dan sekrang aku yakin, ibu memang tahu apa yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar